Mari berbagi cinta.

Mungkin itulah frase yang tepat yang dapat mewakili keseluruhan tentang SEJIWA dalam tiga kata.

Sudah empat tahun ini SEJIWA berjuang melawan bullying bersama-sama dengan Diknas, para orang tua murid dan guru, adik-adik pelajar, dan para pemerhati pendidikan dari berbagai lini. Kini sudah ribuan hati tersentuh dan terobati. Mudah-mudahan akan lebih banyak lagi.

Selamat menggunakan blog ini dan menuai cinta dan harapan daripadanya.

Let’s share love today!

Tuesday, November 18, 2008

Kala Anak Angkat Bicara

Berangkat dari kesadaran bahwa bullying itu nggak cool, para duta-duta anti bullying diajak untuk mendiskusikan mengapa bullying adalah hal yang serius dan patut untuk mendapat perhatian media massa. Menurut arahan yang diberikan oleh Debra Yatim dalam sebuah sesi bertajuk Penggunaan Media Massa untuk Suarakan Kepedulian Kita Akan Kekerasan Di Sekolah, pada workshop tiga hari Young Hearts yang diadakan oleh Plan Indonesia dan SEJIWA, kriteria dasar jurnalisme yang berkaitan dengan aksioma mengenai kebesaran, kedekatan, dampak luas, kebaruan dan keunikan berita haruslah terpenuhi terlebih dahulu.

Bullying adalah tindakan yang umum dan berdampak pada banyak orang, dan negatif karena bisa berakibat sangat parah dan dapat terjadi pada keluarga kita.

Kemudian sepuluh juru bicara mengungkapkan pendapat mereka. “Bullying itu ada di sekitar kita, korbannya makin banyak. Perilakunya direplikasi di kian banyak tempat seolah pengulangan, tetapi sekolahnya semakin banyak jumlahnya, dan hampir 100% sekolah di Indonesia mengalami bentuk bullying selama tahun ajaran berlangsung,” kata mereka, sepuluh siswa dari SMA Dian Didaktika, SMAN 68, SMAN 82, SMA 103, dan SMP Al Izhar.

Ada perkembangan teknik, ujar salah seorang siswa ketika ia mengungkapkan mengapa bullying itu unik, kalo dulu cowok, sekarang cewek juga bisa jadi bully. Dan gak ada kesadaran dari si pelaku akan dampak yang timbul akibat tindakan bullying yang dilakukan. Kita harus berhati-hati karena bullying mungkin saja terjadi pada keluarga kita.

Kesenjangan antara media massa dan anak-anak terutama yang berhubungan dengan isu kekerasan anak masih lebar. Anak-anak seperti tidak punya akses bebas untuk bisa melepaskan suara mereka. Pada pelatihan yang sama, dengan bantuan teman-teman dari dagdigdug.com, para peserta diberikan pelatihan untuk membuat blog sehingga mereka bisa dengan mudah menuangkan apa yang ada di hati mereka melalui media blog. Seperti yang sedang kita baca ini ya?

”Kalau ada bullying, generasi penerus akan menjadi bangsa yang tidak benar,” kata mereka. ”Nanti bangsa ini gemarnya kekerasan semata. Sebaiknya media menyorot itu, biar terjadi perubahan. Dan bullying lenyap.”

Temen-temen media, yuk, bareng-bareng perang lawan bullying bersama dengan adik-adik ini :) [SL]

No comments:

Post a Comment